Semua berawal ketika Mr Pandolfo, laki-laki tua yang sudah merasa sangat lelah, memutuskan untuk membuat sebuah boneka jerami. Ia menggunakan lobak sebagai kepala boneka jerami serta sapu yang kokoh sebagai tulang belakang, jerami yang bagus, dan memakaikannya setelan wol tua. Dia juga menyelipkan sepucuk surat pendek di dalam si boneka jerami. Kemudian, boneka jerami tersebut ditancapkan di tengah ladang gandum.
Tapi si boneka jerami dicuri, lalu dicuri lagi, dan dicuri lagi oleh berganti-ganti petani lainnya. Yang malas membuat boneka jerami, namun membutuhkannya. Ia terus berpindah, dan berpindah, meninggalkan Spring Valley.
Suatu malam, saat hujan badai, dan petir melanda, sambaran petir membuat si boneka jerami hidup. Apa daya ia terbenam di ladang berlumpur. Seorang anak laki-laki bernama Jack, yang seorang diri tanpa sanak kerabat, kebetulam bermalam di gudang tak jauh dari situ. Jack menolongnya. Si boneka jerami meminta Jack menjadi pelayannya, yang bertugas menemaninya berkeliling dunia, dan mengurus segala keperluannya. Jack yang sebatang kara dan tidak mempunyai tempat tujuan, setuju dengan usul si boneka jerami.
Suatu malam, saat hujan badai, dan petir melanda, sambaran petir membuat si boneka jerami hidup. Apa daya ia terbenam di ladang berlumpur. Seorang anak laki-laki bernama Jack, yang seorang diri tanpa sanak kerabat, kebetulam bermalam di gudang tak jauh dari situ. Jack menolongnya. Si boneka jerami meminta Jack menjadi pelayannya, yang bertugas menemaninya berkeliling dunia, dan mengurus segala keperluannya. Jack yang sebatang kara dan tidak mempunyai tempat tujuan, setuju dengan usul si boneka jerami.
Bersama Jack, sebagai pelayannya, si boneka jerami bermaksud kembali ke Spring Valley. Karena keyakinan hatinya, begitu ia mengatakan kepada Jack, menuntuntunnya untuk pergi kesana.
Dalam perjalanan menuju Spring Valley, berbagai peristiwa mereka alami.
Philip Pullman, pengarang buku yang judul aslinya The Scarecrow and His Servant, mungkin lebih dikenal dengan Trilogi His Dark Material-nya, dibanding dengan buku-buku dongeng seperti ini.
Buku-buku lainnya Philip Pullman : (kiri ke kanan) I Was Rat, Si Pembuat Jam, Putri Si Pembuat Kembang Api, & Trilogi His Dark Material. |
Wajar sih, buku pertama dari Trilogi His Dark Material, The Golden Compas, bukan hanya terbit dan mencetak hits di dunia, bahkan sudah diangkat ke layar lebar.
Buku 'Boneka Jerami' ini walaupun berbentuk dongeng, yang kesannya untuk anak-anak. Pada kenyataannya buku ini adalah versi jenaka namun sinis tentang kehidupan manusia.
Kebodohan dan rasa percaya diri si boneka jerami, berkali-kali dimanipulasi oleh orang lain, namun ia selalu berhasil mendapat kebaikan, karena kejujurannya. Seperti ketika ia menjadi tentara. Saat mendapat tes ia menjawab semuanya dengan salah.
"Dia tidak akan jadi tamtama, tidak. Tidak juga jadi sersan, tidak bahkan dalam waktu seratus tahun pun. Dia tidak cukup pintar. Dia akan jadi perwira."
Sinis. Sindiran tentang para pemimpin yang tidak tahu apa-apa, namun justru karena kebodohan itu, mereka menjadi pimpinan. Itu sebabnya mereka membutuhkan Sersan, untuk memberi perintah.
Pada bagian lainnya. Ketika Boneka Jerami dan Jack, bertemu dengan kerajaan burung. Sikap bodoh dan arogan boneka jerami,membuat tersinggung raja burung. Namun Jack, dengan mengatakan bahwa sebenarnya walaupun terdengar seolah berbicara kasar, itu karena boneka jerami dan burung menggunakan bahasa berbeda. Lalu Jack, menjadi penerjemah. Ketika boneka jerami marah, walaupun burung mendengar dan paham, tapi karena menurut jack bahasanya berbeda, sehingga ketika jack berpura-pura menerjemahkan dengan ucapan baik yang memuji-muji mereka menerimanya.
Lagi-lagi sindiran.
Menghadapi kecurangan dan kekejian dari keluarga Mr. Pandolfo, yang mengambil alih Spring Valley. Hampir dibunuh dengan serbuan rayap yang menghancurkan 'tulang punggungnya', akhirnya kebaikan menang.
Membaca buku ini, saya langsung teringat dengan dongeng-dongeng terjemahan yang pernah saya baca. Gayanya memang khas dongeng, namun sisi gelap cerita ini, bila dicermati, segera membuat kita berpikir, ini bukan buku untuk anak-anak.
Membacanya ingat masa kecil waktu suka baca dan dengar dongeng :)
ReplyDelete