Saya terpesona pada kekuatan deskripsi yang begitu mendetai, namun jauh dari membosankan. Berat, sudah pasti. Membaca tulisan Orhan Pamuk, jelas tidak bisa disamakan dengan membaca teenlit, atau cerita pop yang unyu-unyu menjiplak serial korea (atau jepang). Pertama kali mengenal Pamuk dari novel Snow. Membuat saya mulai mencari-cari karya Pamuk lainnya. Berikutnya saya sempat membaca My Name Is Red, pinjam dari teman, dan kagum melihat bagaimana Pamuk dengan piawai meramu unsur misteri pembunuhan dengan sejarah, dan pada akhirnya, pertemuan budaya timur dan barat yang membuat Turki terbimbang antara dua identitas. Belakangan saya tahu, bahwa My Name Is Red, adalah debut internasional dan awal kesuksesan Pamuk. Buku itu juga membuat Pamuk mendapat penghargaan International Dublin Literary Awards. Istanbul: Kenangan Sebuah Kota, adalah memoar Pamuk. Dimulai dengan masa kecilnya. Terjebak dengan segala kondisi eksentrik keluarga Pamuk, dengan manis tapi getir Orhan Pamuk me...