Skip to main content

7 Judul Buku Yang Nggak Bisa Dilupakan

Beberapa waktu lalu FerhatIhan, dan Eqie, mengajak saya untuk terlibat dalam konspirasi manis. Mengagas dan mendirikan komunitas blogger khusus buku. Perdebatan yang tidak sengit namun sangat ngaco terjadi mengenai nama komunitas, sampai akhirnya setelah berdebat selama 5 menit, kami sepakat, namanya adalah Blogger Aceh Suka Buku, BASB.

Group FB-nya di sini.

Sebagai ketua komunitas yang kami tunjuk dengan semena-mena, adalah Ferhat. Yang menerimanya dengan suka hati. Sepertinya memang sudah berniat dia untuk jadi ketua, dan saya rasa itu berkaitan dengan menambah daftar pengalaman dalam curiculum vitae/biodata untuk disampaikan pada calon mertua.

Nah salah satu usulan yg disampaikan Ketua Ferhat di group BASB adalah postingan tentang 7 Judul Buku Yang Nggak Bisa Dilupakan.


Bagi saya, 7 buku itu adalah ...

1. 1984 (George Orwel)
2. Momo (Michael Ende)
3. Totto Chan; Gadis Kecil Di Jendela (Tetsuko Kuroyanagi)
4. Neverwhere (Neil Gaiman)
5. Pesantren Impian (Asma Nadia)
6. Diorama Sepasang Al Banna (Ari Nur)
7. Tirai (Agatha Christie)



Cuma itu? Tidak juga sebenarnya. Karena sulit bagi saya untuk memilih dari begitu banyak buku yang saya sukai. Saya menyayangi buku-buku itu, konyol sih, tapi mereka adalah bagian dari keluarga kami.

Ada The Day of The Jackal dan Odessa File-nya  Frederick Forsyth, The Hobbit, Negeri Bahagia, Angel Cake, Negeri Lima Menara (dan lanjutannya), The Noticer, Muqaddimah karya Ibnu Khaldun, Fiqh Dakwah karya Syaikh Musthafa Mansyur, dan banyak lagi.

Bukan hanya buku yang 'berat' tapi juga buku yang ringan, bahkan bukunya anak-anak kami, seperti 'Cerita-cerita pengantar tidur; Winnie The Pooh' yang halamannya sudah melengkung dan covernya berkali-kali sudah harus direkat kembali. Buku kesayangan Fatiya dan Faheema, dua gadis kecil saya. Juga serial petualangan Spot, buku bilingual, anjing kecil yg juga membantu Fatiya dulu mengenal bahasa inggris.

Membaca buku -- beragam buku-- adalah 'pintu kemana saja' yang bisa membawa kita menjelajahi dunia nyata dan khayal. Membaca buku juga memberi kita kesempatan istimewa untuk berdiskusi secara pribadi dengan Ibnu Khaldun, Andi Andrew, Salim A. Fillah, dan banyak lagi.

Di postingan ini, saya hanya menyebut judul saja. Ada yg sudah saya bahas, Neverwhere-nya Neil Gaiman, silahkan klik link-nya, Mengenai buku-buku lainnya akan ada postingan tersendiri, ini kan blog buku.

So, have a nice and save journey.

Comments

  1. Ya Allah Sayid, bukunya keen-keren. Dari 7 buku yang sayid tulis, saya baru baca 1 buku, hiks...payah
    Saya pengen banget punya buku Momo dan 1984 itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seng Kiyu, Qie. Saya sedang mencari kembali 3 buku, Pesantren Impian, Diorama Sepasang Al Banna, dan Tirai.

      Hilang, dipinjam oleh teman yg tidak bertanggung jawab.

      Delete
  2. hahhahahaa... paragraf awalnya -_-

    Yang penasaran dengn buku Momo. Udh beli dari kapan2, tapi belum pernah baca. apa kria2 yang spesialnya bg Sayed?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Momo ini menarik karena eksplorasi dunia anak yang unik dari Michael Ende, plus sindirannya tentang kehidupan. Cara penceritaannya yang ringan, membuat cerita mengalir, alur ceritanya juga menarik.

      Delete
  3. berdebat, tapi cuma lima menit? hahahahaha.... jangankan untuk kalah, seri aja belum jelas bisa terjadi atau kagak wkwkwk,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu biar terkesan dramatis, Ihan. Untung saya ga tulis "..awalnya perdebatan direncanakan akan berjalan satu minggu, namun setelah melalui musyawarah dam mufakat demi tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka disepakati perdebatan tidak boleh melebihi 5 menit, dengan hasil yang telah ditentukan."

      Lebih parah kan? :)

      Delete
  4. Isni cuma punya pesantren impian. Hahha
    Bang Said, ada rencana review ketujuh bukunya nggak? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insyaallah, di review. Tapi bukan 7, hanya 6 lagi Isni. Neverwhere kan sudah di obrolin :) Kalo Isni mau review juga, lanjuuut aja. Karena semua kita disini pasti punya sudut pandang berbeda. Sama buku, belum tentu sama yg dirasa.

      Betul tidak? hehehehe

      Delete
  5. Uda 2 blog mampir belum ada satu pun yang pernah saya baca. Aihh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukunya Aqsha Al Akbar dahsyat, Saya ingat membaca tetralogi buru-nya Pram dengan terkagum-kagum. Dan waktu itu berpikir, ga bisa dunia penulis itu lepas dari politik, suka ga suka. Bisa aja tulisannya bukan politik, tapi nasip bukunya, pasti dipengaruhi politik saat itu.

      Minder saya,blog yg lain keren-keren betul.

      Delete
  6. ya ya, mantab bang.. hampir semua pernah saya baca, bang, kecuali never where sama tirai :D

    ReplyDelete
  7. Sangat membekas, Tirai dan toto chan

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

3 Serial Karya Enid Blyton Yang Paling Saya Sukai

Lima sekawan, serial paling populer dari penulis Inggris  Enid Blyton . Serial ini yang pertama kali saya baca dari sekian banyak buku karya Blyton yang kemudian saya baca, bertahun-tahun sejak saya masih anak-anak hingga SMA. Tapi dari semua buku Blyton, yang paling saya sukai bukanlah lima sekawan. Ada tiga seri yang saya sukai: Seri Petualangan, The Adventures Series Seri Empat Petualang, The Adventurous Four Seri Empat Serangkai,  The Secret Series Sedikit berbeda dengan lima sekawan, ketiga serial ini memiliki keunikan dalam petualangan mereka. Tempat yang menjadi latar yang umumnya lebih unik dan menarik, juga jalan cerita yang sedikit lebih rumit. Sebut saja Seri Petualangan , yang terdiri dari delapan buku ini, umumnya mengambil setting diberbagai tempat baik di Inggris, scotlandia, hingga ke perairan mediterania.  Delapan buku dalam seri Petualangan, semua judulnya diawali dengan kata 'petualangan' : Petualangan di Lembah Maut  Petualangan di

TIRAI, Penutup Panggung Kehidupan Hercule Poirot

Sejak pertama kali membaca kisah detektif karya 'Diva Novel Detektif' Agatha Christie, saya jatuh cinta dengan karakter Hercule Poirot. Gayanya yang selalu elegan, sok berkelas, dan sangat membanggakan kemampuan analisisnya. Berbeda dengan gaya detektif legendaris Inggris lainnya, Sherlock Holmes. Yang metodenya terkadang tidak masuk akal. Mengenali jenis abu tembakau, mengenali jenis tanah, lumpur yang begitu dilihat langsung dikenali hanya ada di sungai tertentu. Kemampuan deduksi Sherlock pun agak terlalu berlebihan. Sebaliknya, terlepas dari kesombongan dan penilaian yang terlalu tinggi terhadap kemampuannya, Hercule Poirot, lebih manusiawi. Tirai, edisi aslinya Curtain, dirilis tahun 1975. Adalah penutup dari kisah Hercule Poirot. Ada yang unik pada Tirai. Sepertinya Agatha Christie memiliki impian untuk memulai dan mengakhiri kisah Poirot, di Styles. Dimulai di desa Styles, kasus Pembunuhan di Styles merupakan novel perdana Agatha yang memperkenalkan tokoh Herc