Setiap penyuka buku, selalu memiliki buku yang paling disukainya. Yang punya tempat tersendiri melebihi buku lainnya. Ada yang hanya punya satu dua, tapi tak jarang ada juga yang memiliki daftar sederet buku istimewa.
Buku ini, 1984, karya George Orwel, adalah salah satu buku yang paling saya sukai. Bukan karena buku ini (katanya) menjadi sumber inspirasi untuk reality show 'Big Brother'. Tapi karena ini buku yang sangat luar biasa untuk zamannya. Ide dan konsep di dalamnya, yang hanya fiksi ilmiah pada saat buku ini di tulis, kemudian terbukti menjadi realitas ilmiah, dimasa kini. Dan dituliskan dengan sangat apik.
Diterbitkan pada tahun 1949, buku ini merupakan karya terakhir dari George Orwel. Ia meninggal tujuh bulan kemudian. Buku ini juga sempat menjadi sumber sensasi ramalan dunia, ketika banyak pembaca menunggu-nunggu apakah tahun 1984 akan terjadi seperti yang dituliskan Orwel.
Mengambil seting masa depan, buku ini menceritakan tentang kehidupan Oceania pada tahun 1984. Kehidupan dikendalikan oleh partai. Cinta, emosi, pengabdian, hanya ditujukan dan boleh ada untuk partai saja. Partai yang mengendalikan segalanya, dan partai dipimpin oleh sosok bernama Big Brother (pada versi terjemahan Indonesia digunakan sebutan Bung Besar).
Cerita terfokus pada seorang pekerja rendahan, Winston Smith, yang mulai merasakan kejenuhan dengan kehidupan dibawah kendali total. Winston memberanikan diri menuliskan buku harian. sebuah tindakan yang sangat terlarang, dan dapat dikenakan sanksi oleh partai yang menginginkan semua orang patuh mutlak tanpa berpikir, tanpa gagasan, tanpa ide.
Winston bertemu dengan Julia, jatuh cinta, dan mendapat teman melakukan upaya memberontak. Ia juga bertemu dengan O'Brien, seorang anggota tinggi dalam partai, yang juga ingin memberontak.
Namun cerita tidak berujung indah. O'Brien ternyata agen partai, Winston ditangkap, begitu juga dengan Julia. Dan melalui berbagai siksaan, Winston kehilangan asa pemberontakannya. Ia berhenti berpikir. Ia mulai menerima semuanya, seperti yang diinginkan partai.
Cerita berakhir disitu.
Oceania, adalah gambaran getir tentang Inggris dimasa tahun 1984, masa depan dari periode waktu ketika Orwell menuliskan '1984'. Tahun 1949, Inggris dikuasai partai buruh. Ancaman Nazi Jerman baru saja berlalu, namun Uni Soviet dan Cina sedang menggeliat bangkit. Komunisme, sosialis dan totalitarianisme mulai bangkit.
Masa-masa sulit penuh dengan kebimbangan itu, diterjemahkan Orwell dengan sangat apik, dan menawan. Kehidupan yang dikendalikan total oleh partai, upaya penghapusan sejarah dan masa lalu dengan menciptakan sistem baru, bahkan bahasa baru Newspeak menggantikan bahasa lama. Teknologi canggih seperti teleskrin, yang kemudain terbukti menjadi nyata dimasa sekarang. Keberadaan polisi pikiran yang bahkan memantau hingga kedalam benak manusia. Dan banyak lagi.
Landung Simatupang, dengan sangat baik berhasil mengalih bahasakan tulisan apik Orwell ke dalam bahasa Indonesia yang tinggi dan kaya diksi. Membuat pengharapan besar saya soal buku ini, buku yang banyak orang menyebutnya sebagai salah satu buku yang 'harus dibaca' bagi penyuka sastra, terbayar lunas.
Tulisan ini bukan 'pembahasan' mendalam 1984, dan saya memang tidak ingin meresensi. Saya hanya ingin 'ngobrol' soal buku bagus. Sekedar tambahan, pada tahun 1983 György Dalos, penulis dan sejarawan Hungaria membuat sekuel dari 1984, 1985.
Saya belum pernah membacanya.
Buku ini, 1984, karya George Orwel, adalah salah satu buku yang paling saya sukai. Bukan karena buku ini (katanya) menjadi sumber inspirasi untuk reality show 'Big Brother'. Tapi karena ini buku yang sangat luar biasa untuk zamannya. Ide dan konsep di dalamnya, yang hanya fiksi ilmiah pada saat buku ini di tulis, kemudian terbukti menjadi realitas ilmiah, dimasa kini. Dan dituliskan dengan sangat apik.
Diterbitkan pada tahun 1949, buku ini merupakan karya terakhir dari George Orwel. Ia meninggal tujuh bulan kemudian. Buku ini juga sempat menjadi sumber sensasi ramalan dunia, ketika banyak pembaca menunggu-nunggu apakah tahun 1984 akan terjadi seperti yang dituliskan Orwel.
Mengambil seting masa depan, buku ini menceritakan tentang kehidupan Oceania pada tahun 1984. Kehidupan dikendalikan oleh partai. Cinta, emosi, pengabdian, hanya ditujukan dan boleh ada untuk partai saja. Partai yang mengendalikan segalanya, dan partai dipimpin oleh sosok bernama Big Brother (pada versi terjemahan Indonesia digunakan sebutan Bung Besar).
Cerita terfokus pada seorang pekerja rendahan, Winston Smith, yang mulai merasakan kejenuhan dengan kehidupan dibawah kendali total. Winston memberanikan diri menuliskan buku harian. sebuah tindakan yang sangat terlarang, dan dapat dikenakan sanksi oleh partai yang menginginkan semua orang patuh mutlak tanpa berpikir, tanpa gagasan, tanpa ide.
Winston bertemu dengan Julia, jatuh cinta, dan mendapat teman melakukan upaya memberontak. Ia juga bertemu dengan O'Brien, seorang anggota tinggi dalam partai, yang juga ingin memberontak.
Namun cerita tidak berujung indah. O'Brien ternyata agen partai, Winston ditangkap, begitu juga dengan Julia. Dan melalui berbagai siksaan, Winston kehilangan asa pemberontakannya. Ia berhenti berpikir. Ia mulai menerima semuanya, seperti yang diinginkan partai.
Suara dari teleskrin itu masih terus mengalir, menumpahkan kisah tentang para tawanan dan penjarahan serta pembantaian, namun sorak-teriak di luar sudah agak reda. Para pramusaji kembali ke pekerjaan mereka. Seorang dari mereka mendekat dengan botol arak. Winston, duduk dalam impiannya yang nikmat, tidak memerhatikan ketika gelasnya diisi penuh. Dia sekarang tidak lagi berlari-lari dan bersorak-sorai. Dia sudah kembali di Kementerian Cinta Kasih, dengan segala sesuatunya sudah termaafkan, jiwanya menjadi seputih salju.
Dia sedang berada di persidangan terbuka, mengakui segala sesuatu, menyeret-nyeret semua orang. Dia berjalan menyusuri koridor berkeramik putih, dengan perasaan seperti berjalan dalam terang matahari, dan seorang pengawal bersenjata di belakangnya. Peluru yang sejak lama diharap-harapnya itu menembus masuk ke otaknya.
Dia mengangkat pandangnya menatap wajah yang lapang itu. Lima puluh tahun dibutuhkannya untuk mengetahui senyum macam apa yang tersembunyi di bawah kumis gelap itu.
Oh, kesalahpahaman yang kejam, yang tak perlu! Oh, keterbuangan yang bandel, yang atas kemauan sendiri, dari dada penuh cinta-kasih itu! Dua butir air mata berbau arak berguling gugur di kedua sisi hidungnya. Tapi itu tak apa, segalanya baik-baik saja, pergulatan telah usai. Dia sudah meraih kemenangan jaya atas dirinya sendiri. Dia cinta Bung Besar. (Tamat)
Oceania, adalah gambaran getir tentang Inggris dimasa tahun 1984, masa depan dari periode waktu ketika Orwell menuliskan '1984'. Tahun 1949, Inggris dikuasai partai buruh. Ancaman Nazi Jerman baru saja berlalu, namun Uni Soviet dan Cina sedang menggeliat bangkit. Komunisme, sosialis dan totalitarianisme mulai bangkit.
Masa-masa sulit penuh dengan kebimbangan itu, diterjemahkan Orwell dengan sangat apik, dan menawan. Kehidupan yang dikendalikan total oleh partai, upaya penghapusan sejarah dan masa lalu dengan menciptakan sistem baru, bahkan bahasa baru Newspeak menggantikan bahasa lama. Teknologi canggih seperti teleskrin, yang kemudain terbukti menjadi nyata dimasa sekarang. Keberadaan polisi pikiran yang bahkan memantau hingga kedalam benak manusia. Dan banyak lagi.
Landung Simatupang, dengan sangat baik berhasil mengalih bahasakan tulisan apik Orwell ke dalam bahasa Indonesia yang tinggi dan kaya diksi. Membuat pengharapan besar saya soal buku ini, buku yang banyak orang menyebutnya sebagai salah satu buku yang 'harus dibaca' bagi penyuka sastra, terbayar lunas.
Tulisan ini bukan 'pembahasan' mendalam 1984, dan saya memang tidak ingin meresensi. Saya hanya ingin 'ngobrol' soal buku bagus. Sekedar tambahan, pada tahun 1983 György Dalos, penulis dan sejarawan Hungaria membuat sekuel dari 1984, 1985.
Saya belum pernah membacanya.
Aku sudah baca 'Animal Farm', dan sangat sukaaaaaa sekali. Jadi, saya ingin membaca buku-buku George Orwell yang lain.
ReplyDeleteOhya, soal penerjemahan 'Big Brother' menjadi 'Abang Besar', juga terjadi dalam buku 'Animal Farm' di mana kata tersebut diterjemahkan menjadi 'Peternakan Binatang'. Secara 'rasa', gak dapat feel-nya. Memang ini buku terjemahkan, tapi maunya pada kata-kata tertentu, sebaiknya jangan diterjemahkan, tetap aja 'Big Brother' atau 'Animal Farm' misalnya.
Karena bukan apa-apa, pas bacanya kok merasa aneh gitu, xixixiii :D
Memang terjemahannya masih kurang pas, Qie. Tapi selain itu, udah keren lah. Di buku yang saya punya, sepertinya sebutannya Bung Besar. tapi mungkin karena itu terjemahan dari edisi lama.
DeleteMaaf, baru balas komen T_T