Pernah membaca buku yang mempengaruhi pikiran sampai ke bagian yang cukup dalam? Jujur saja, buku ini salah satunya.
Sebelum ngobrolin ini buku. Saya merasa wajib mengingatkan. Buku ini sangat tidak dianjurkan bagi pembaca yang tidak memiliki pemahaman dasar yang baik mengenai agama. Terlebih bagi yang meyakini bahwa agama dan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang harus berdiri terpisah. Buku ini cukuppenuh dengan berbagai pertanyaan yang bila salah dipahami akan menjebloskan kita pada keyakinan bahwa agama itu sia-sia.
Sejujurnya sih, pemahaman ini, juga bakal kita dapat, kalau kita seperti salah satu tokoh utama dalam cerita, yang menjalankan 'agama'nya, tanpa memahami, cuma ngejalanin kebiasaaan turun temurun.
Buku ini adalah pertemuan pertama saya dengan Terry Pratchett.
Nation, diterjemahkan menjadi Negeri. Menceritakan tentang sebuah pulau. Lokasi dan karakternya tidak dijabarkan secara eksplisit. Tapi tersirat kita akan mengacu pada pulau di wilayah khatulistiwa. Karakter penduduknya seperti (tapi bukan) masyarakat asli Fiji, Samoa, atau Hawaii. Dan jangan mempersulit diri dengan mencoba menemukan lokasi nyatanya. Buku ini berada pada sejarah alternatif, di dunia pararel yang mirip dunia kita tapi bukan. Tahunnya, 1860'an.
Seorang pemuda bernama Mau, pergi meninggalkan pulau utama, untuk menjalani ritual kedewasaan. Mau, seperti juga semua anggota sukunya, dan para tetua, menjalani 'agama' mereka sebagai warisan dari leluhur. Mereka sebenarnya mulai kehilangan pemahaman mengapa satu ritual harus dilakukan begini atau begitu. Tapi mereka yakin bahwa sesuatu yang memang sudah dilakukan turun temurun, ya harus terus dilakukan begitu. Merubahnya dianggap dosa.
Ketika Mau kembali, ternyata tsunami telah memusnahkan perkampungan mereka. Semua tewas. Mau, adalah satu-satunya yang selamat. Tapi dia tidak sendiri. Dari reruntuhan sebuah kapal laut, seorang gadis, Daphne, merangkak keluar.
Putri seorang bangsawan, dibesarkan dengan aturan yang ketat penuh basa basi, dan semestinya sedang dalam perjalanan menuju tempat ayahnya, yang akan dinobatkan menjadi raja (Inggris ?). Tapi kapalnya tersapu gelombang, dan tersangkut di pepohonan.
Berbeda latar belakang, berbeda budaya, berbeda bahasa. Tapi keduanya kemudian mencoba bersama bertahan hidup.
Kisah dua orang yang bertahan dan tanpa sadar memulai langkah untuk membangun kembali sebuah bangsa baru, menjadi kelompok baru, membangun negeri yang baru.
Buku ini penuh dengan narasi yang secara detail menggambarkan alam, adat dan bahkan pemikiran. Indah, memukau, cukup berat, tapi mengesankan. Pertanyaan dan pemikiran yang muncul dalam buku ini adalah berbagai pertanyaan dalam kehidupan kita.
Agama yang dijalankan hanya sebagai kewajiban, tanpa dipahami mengapa dan apa maknanya. Bencana besar yang mengguncang semua keyakinan. Mau yang kehilangan keyakinan pada dewa-dewanya, karena ketika tsunami menerjang, para dewa tidak menyelamatkan sukunya.
Daphne yang merasa bahwa ilmu pengetahuan dan agama adalah dua hal yang bertentangan. Karena satu menjelaskan segala hal secara logis, sedangkn satunya lagi adalah keyaknan dan kepercayaan bahkan pada hal-hal yang tak bisa dijelaskan secara logika.
Dimana Tuhan, (dewa, bagi Mau) ketika bencana. Apa kebaikan dari kematian semua orang baik yang memuja penciptanya dengan sepenuh cinta, kenapa mereka dihukum, kenapa mereka yang tak bersalah dibiarkan mati dengan penuh penderitaan.
Pertarungan konsep budaya. Perselisihan yang terjadi karenanya. Salah paham dan kebingungan pada perbedaan bahasa. Konsep moral yang diuji, ketika satu kebudayaan menganggap itu hal wajar, sementara kebudayaan lainnya menganggap itu hal rendah hina dan mengerikan.
Buku ini buku bergenre Low Fantasy yang kaya dengan pemikiran yang sebenarnya mengisi hari-hari peradaban manusia (maaf, bahasanya agak gimana gitu). Bahkan setelah membacanya, saya belum mampu memahami secara utuh, tidak sampai setengahnya, pemikiran yang ada di dalamnya.
Catatan :
Terry Pratchett meninggal dunia di rumahnya pada 12 Maret 2015. Practchett menderita serangan awal Alzheimer selama beberapa tahun, namun tidak menghalanginya untuk terus menulis.
Sebelum ngobrolin ini buku. Saya merasa wajib mengingatkan. Buku ini sangat tidak dianjurkan bagi pembaca yang tidak memiliki pemahaman dasar yang baik mengenai agama. Terlebih bagi yang meyakini bahwa agama dan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang harus berdiri terpisah. Buku ini cukuppenuh dengan berbagai pertanyaan yang bila salah dipahami akan menjebloskan kita pada keyakinan bahwa agama itu sia-sia.
Sejujurnya sih, pemahaman ini, juga bakal kita dapat, kalau kita seperti salah satu tokoh utama dalam cerita, yang menjalankan 'agama'nya, tanpa memahami, cuma ngejalanin kebiasaaan turun temurun.
Buku ini adalah pertemuan pertama saya dengan Terry Pratchett.
Nation, diterjemahkan menjadi Negeri. Menceritakan tentang sebuah pulau. Lokasi dan karakternya tidak dijabarkan secara eksplisit. Tapi tersirat kita akan mengacu pada pulau di wilayah khatulistiwa. Karakter penduduknya seperti (tapi bukan) masyarakat asli Fiji, Samoa, atau Hawaii. Dan jangan mempersulit diri dengan mencoba menemukan lokasi nyatanya. Buku ini berada pada sejarah alternatif, di dunia pararel yang mirip dunia kita tapi bukan. Tahunnya, 1860'an.
Seorang pemuda bernama Mau, pergi meninggalkan pulau utama, untuk menjalani ritual kedewasaan. Mau, seperti juga semua anggota sukunya, dan para tetua, menjalani 'agama' mereka sebagai warisan dari leluhur. Mereka sebenarnya mulai kehilangan pemahaman mengapa satu ritual harus dilakukan begini atau begitu. Tapi mereka yakin bahwa sesuatu yang memang sudah dilakukan turun temurun, ya harus terus dilakukan begitu. Merubahnya dianggap dosa.
Ketika Mau kembali, ternyata tsunami telah memusnahkan perkampungan mereka. Semua tewas. Mau, adalah satu-satunya yang selamat. Tapi dia tidak sendiri. Dari reruntuhan sebuah kapal laut, seorang gadis, Daphne, merangkak keluar.
Putri seorang bangsawan, dibesarkan dengan aturan yang ketat penuh basa basi, dan semestinya sedang dalam perjalanan menuju tempat ayahnya, yang akan dinobatkan menjadi raja (Inggris ?). Tapi kapalnya tersapu gelombang, dan tersangkut di pepohonan.
Berbeda latar belakang, berbeda budaya, berbeda bahasa. Tapi keduanya kemudian mencoba bersama bertahan hidup.
Kisah dua orang yang bertahan dan tanpa sadar memulai langkah untuk membangun kembali sebuah bangsa baru, menjadi kelompok baru, membangun negeri yang baru.
Buku ini penuh dengan narasi yang secara detail menggambarkan alam, adat dan bahkan pemikiran. Indah, memukau, cukup berat, tapi mengesankan. Pertanyaan dan pemikiran yang muncul dalam buku ini adalah berbagai pertanyaan dalam kehidupan kita.
Agama yang dijalankan hanya sebagai kewajiban, tanpa dipahami mengapa dan apa maknanya. Bencana besar yang mengguncang semua keyakinan. Mau yang kehilangan keyakinan pada dewa-dewanya, karena ketika tsunami menerjang, para dewa tidak menyelamatkan sukunya.
Daphne yang merasa bahwa ilmu pengetahuan dan agama adalah dua hal yang bertentangan. Karena satu menjelaskan segala hal secara logis, sedangkn satunya lagi adalah keyaknan dan kepercayaan bahkan pada hal-hal yang tak bisa dijelaskan secara logika.
Dimana Tuhan, (dewa, bagi Mau) ketika bencana. Apa kebaikan dari kematian semua orang baik yang memuja penciptanya dengan sepenuh cinta, kenapa mereka dihukum, kenapa mereka yang tak bersalah dibiarkan mati dengan penuh penderitaan.
Pertarungan konsep budaya. Perselisihan yang terjadi karenanya. Salah paham dan kebingungan pada perbedaan bahasa. Konsep moral yang diuji, ketika satu kebudayaan menganggap itu hal wajar, sementara kebudayaan lainnya menganggap itu hal rendah hina dan mengerikan.
Buku ini buku bergenre Low Fantasy yang kaya dengan pemikiran yang sebenarnya mengisi hari-hari peradaban manusia (maaf, bahasanya agak gimana gitu). Bahkan setelah membacanya, saya belum mampu memahami secara utuh, tidak sampai setengahnya, pemikiran yang ada di dalamnya.
Catatan :
Terry Pratchett meninggal dunia di rumahnya pada 12 Maret 2015. Practchett menderita serangan awal Alzheimer selama beberapa tahun, namun tidak menghalanginya untuk terus menulis.
Comments
Post a Comment