Skip to main content

The Cuckoo's Calling

Setelah satu tahun lamanya, akhirnya saya kembali punya waktu menulis di blog. (Haduh, dramatisasi yang terlalu maksa)

Banyak buku yang sudah dibaca dalam beberapa bulan terakhir ini. Fiksi dan non fiksi. Pelican Brief (John Grisham), Labirynth (Kate Mosse), Tarikh Aceh dan Nusantara (H. M. Zainuddin), Dua Jiwa Satu Syurga (Rahmat Idris), membaca ulang The First Day-nya Marc Levy sambil ngomel karena sekuelnya The First Night tidak pernah berhasil ditemukan. Sampai ke menemukan kembali dua buku lama yang hilang, Supernova: ksatria, putri, dan bintang jatuh-nya Dee, dan Pesantren Impian Asma Nadia.

Intinya banyak buku yang dibaca dalam tiga bulan ini. Dan artinya, ada banyak buku yang bisa diobrolin. Salah satunya adalah the Cuckoo's Calling karya Robert Galbraith.

Buku ini istimewa, karena buku ini merupakan buku 'keluar dari zona nyamannya' J. K. Rowling. Yup, buat penyuka buku, apalagi penggemarnya Rowling, pasti tahu. Robert Galbraith adalah nama alias J. K. Rowling.

Setelah menamatkan petualangan Harry Potter, yang menurut saya walaupun keren, tapi terjebak pada definisi baik buruk khas peradaban 'barat'. Rowling sempat menuliskan buku the Casual Vacancy. Menceritakan dunia politik dan intriknya. Buku yang betul-betul dewasa, berat, dan kebalikan total dari dunia imajinasi di Harry Potter. Bukan buku yang mudah untuk dibaca, tapi keren.

Tapi Casual Vacansy masih membawa nama J. K. Rowling. Dan banyak yang bilang, buku itu laris karena nama Rowling.

Mungkin dengan alasan itu, Rowling lalu menciptakan nama baru Roberth Galbraith. Tantangan buat dirinya sendiri, melawan nama J.K. Rowling yang terkenal. Meskipun akhirnya sia-sia. Contohnya penerbit di Indonesia, dengan manis menuliskan di sampul belakang, Robert Galbraith adalah nama alias J. K. Rowling ( ... atau ini memang bagian dari marketing?).

Awalnya naskah buku ini sempat ditolak oleh beberapa penerbit. Sederhana saja, karena Rowling mengirimkannya secara Anonim. Menggunakan nama Robert Galbraith. 


BBC melaporkan bahwa Rowling awalnya mengirim naskah kepada penerbit secara anonim, dan terdapat beberapa penerbit yang menolak naskahnya, termasuk Orion Books. Naskah tersebut akhirnya diterima oleh Sphere Books, yang masih merupakan anak perusahaan Little, Brown & Company, penerbit novel Rowling sebelumnya, The Casual Vacancy (2012).
Sebelum identitas Rowling sebagai penulis novel ini terungkap, 1.500 eksemplar novel telah berhasil terjual sejak perilisannya pada bulan April 2013, ditambah dengan 7.000 edisi buku elektronik, buku audio, dan buku perpustakaan. Peringkat penjualan novel ini di Amazon melompat dari yang sebelumnya menempati posisi 4.079 menjadi posisi 1 setelah identitas penulis novel terungkap pada tanggal 14 Juli 2013.Salinan bertandatangan novel ini juga berhasil terjual senilai $4,000–$6,000.
(Dari wikipedia)
Saya yakin, yang menolak naskah buku ini, pasti nyesal :D

Yang bikin the Cuckoo's Calling jadi lebih istimewa bagi saya, adalah Rowling dengan sangat apik berhasil mengembalikan citarasa novel detektif klasik. Saya menemukan sosok baru detektif yang memiliki karakter kuat dan unik pada Cormoran Strike, tokoh utamanya. Sosok yang sama kuatnya dengan Sherlock Holmes, Hercule Poirot, dan Alex Cross.

Kemampuan narasi Rowling yang memang sangat bagus, berhasil membuat buku setebal 500'an halaman itu menjadi tetap enak dibaca. Dengan cermat membangun dan memperkenalkan karakter Cormoran Strike dan asistennya Robin Ellacott. 

Ciri khas Rowling yang suka tokoh dengan kondisi abu-abu, terlihat pada sosok Cormoran Strike. Berewokan, tinggi kekar, tapi rada gendut. Kakinya tinggal satu dan menggunakan kaki palsu. Ceroboh dalam keuangan. Dan galau berjuang menata hatinya setelah berpisah dengan kekasihnya Charlotte.

Yang paling saya suka (setidaknya dibuku pertama ini, entah nanti karena saya belum membaca sekuelnya, the Silkworm) Rowling tidak terbawa gaya romantis yang sedang tren saat ini. Robin sudah punya tunangan, Strike masih galau dan belum bisa lepas dari 'rasa' pada Charlotte. Cerita tidak berlanjut pada roman picisan.

Jujur, ini buku yang layak dibaca.

Comments

Popular posts from this blog

3 Serial Karya Enid Blyton Yang Paling Saya Sukai

Lima sekawan, serial paling populer dari penulis Inggris  Enid Blyton . Serial ini yang pertama kali saya baca dari sekian banyak buku karya Blyton yang kemudian saya baca, bertahun-tahun sejak saya masih anak-anak hingga SMA. Tapi dari semua buku Blyton, yang paling saya sukai bukanlah lima sekawan. Ada tiga seri yang saya sukai: Seri Petualangan, The Adventures Series Seri Empat Petualang, The Adventurous Four Seri Empat Serangkai,  The Secret Series Sedikit berbeda dengan lima sekawan, ketiga serial ini memiliki keunikan dalam petualangan mereka. Tempat yang menjadi latar yang umumnya lebih unik dan menarik, juga jalan cerita yang sedikit lebih rumit. Sebut saja Seri Petualangan , yang terdiri dari delapan buku ini, umumnya mengambil setting diberbagai tempat baik di Inggris, scotlandia, hingga ke perairan mediterania.  Delapan buku dalam seri Petualangan, semua judulnya diawali dengan kata 'petualangan' : Petualangan di Lembah Maut  Petualangan di

TIRAI, Penutup Panggung Kehidupan Hercule Poirot

Sejak pertama kali membaca kisah detektif karya 'Diva Novel Detektif' Agatha Christie, saya jatuh cinta dengan karakter Hercule Poirot. Gayanya yang selalu elegan, sok berkelas, dan sangat membanggakan kemampuan analisisnya. Berbeda dengan gaya detektif legendaris Inggris lainnya, Sherlock Holmes. Yang metodenya terkadang tidak masuk akal. Mengenali jenis abu tembakau, mengenali jenis tanah, lumpur yang begitu dilihat langsung dikenali hanya ada di sungai tertentu. Kemampuan deduksi Sherlock pun agak terlalu berlebihan. Sebaliknya, terlepas dari kesombongan dan penilaian yang terlalu tinggi terhadap kemampuannya, Hercule Poirot, lebih manusiawi. Tirai, edisi aslinya Curtain, dirilis tahun 1975. Adalah penutup dari kisah Hercule Poirot. Ada yang unik pada Tirai. Sepertinya Agatha Christie memiliki impian untuk memulai dan mengakhiri kisah Poirot, di Styles. Dimulai di desa Styles, kasus Pembunuhan di Styles merupakan novel perdana Agatha yang memperkenalkan tokoh Herc

Bu Kek Sian Su

Pertama kali saya membaca buku silat karya  Asmaraman S. Kho Ping Ho  adalah ketika saya baru tamat SD. Saat itu saya terpaksa liburan di rumah. Karena menjalani kewajiban yang mesti dijalani oleh semua anak laki-laki, sunat. Ayah saya yang mewariskan kecintaan pada buku dan membaca, memang penyuka Kho Ping Ho, kebetulan juga saat itu menyewa serial silat cina dari satu penyewaan buku di kota Banda Aceh. Buku yang beliau sewa adalah serial Bu Kek Sian Su. Bu Kek Siansu adalah episode pertama yang mengawali serial silat yang keseluruhannya terdiri atas 17 seri  Bu Kek Sian Su, Suling Emas, Cinta Bernoda Darah, Mutiara Hitam, Istana Pulau Es, Kisah Pendekar Bongkok, Pendekar Super Sakti, Sepasang Pedang Iblis, Kisah Sepasang Rajawali, Jodoh Rajawali, Suling Emas dan Naga Siluman, Kisah Para Pendekar Pulau Es, Suling Naga, Kisah si Bangau Putih, Kisah si Bangau Merah, Si Tangan Sakti, dan Pusaka Pulau Es.