Aku mengucek-ucek mata. Lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus itu terlihat biasa saja. Jika sedikit lagi saja hidungku menyentuh permukaan lukisan, alarm di Museum Louvre akan berdering-dering. Aku menyerah. Aku tidak bisa menemukan apa yang aneh pada lukisan itu. "Percaya atau tidak, pinggiran hijab Bunda Maria itu bertahtakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah, Hanum," ungkap Marion akhirnya.
Kutipan yang paling sering digunakan dalam resensi mengenai buku '99 Cahaya di Langit Eropa.' Memang, bagian itu, adalah satu paragraf paling kuat dalam buku yang ditulis oleh putri kandung Amien Rais, Hanum Salsabila Rais. Pertemuan dua pilar dari dua agama langit paling besar dimuka bumi. Bunda Maria sosok suci dalam keyakinan Nasrani, dan kalimat tauhid yang merupakan pondasi Islam.
Bagi saya secara pribadi, buku yang menyingkap jejak kekayaan khasanah sejarah Islam di bumi Eropa ini memang sangat menarik. Bukan hanya karena pesona tempat-tempat dan arsitektural menawan. Namun sejarah tersembunyi pada hal-hal sederhana, dan pembelajaran kehidupan yang luar biasa.
Menjadi Agen Islam yang baik, kalimat sederhana itu yang merangkum pesan dan pembelajaran indah dalam buku ini.
Fatma Pasha, perempuan imigran turki, yang berjibaku dengan begitu banyak lamaran kerja, hingga ke pekerjaan sebagai 'buruh' yang tidak kunjung diperolehnya, karena keteguhannya mempertahankan keislaman dan aturan islam sebagai seorang muslimah, menpertahankan hijabnya, jilbab.
Sebagai muslim yang lahir dan besar di daerah yang Islam adalah agama mayoritas, posisi seperti yang dialami oleh saudara-saudara muslim di eropa, dimana mereka adalah minoritas, penuh dengan ujian dan kendala, yang tidak pernah saya alami.
Fatma memulai lembaran-lembaran pelajaran pada buku indah itu. Keteguhannya, dan slogan 'menjadi agen Islam yang baik' yang kemudian diterapkannya dalam setiap sendi kehidupan dan pergaulannya dalam masyarakat eropa, menjadi cubitan sayang bagi kita para pembaca.
dengan segala kenyamanan hidup sebagai muslim, sudahkah kita menjadi agen Islam yang baik? padahal kita menjadi muslim dengan begitu banyak kemewahan yang tidak dimiliki Fatma, dan muslim lain di eropa.
Cubitan sayang itu masih berlanjut dengan contoh nyata, ketika olok-olok tentang asal muasal roti croissant, yang dijawabnya dengan mentraktir mereka yang mengolok-olok kekalahan Turki, yang secara langsung juga mengolok kekalahan Islam.
Salah satu pelajaran lainnya hadir dalam bentuk sosok seorang guide, Luiz. Yang menghadirkan kisah menarik tentang sosok muslim yang sesungguhnya.
Sultan Al Rahman, membangun mihrab dalam mezquita cordoba, dengan arah yang terlalu condong ke selatan. Bukan tanpa sengaja, namun karena disisi mezquita saat itu terdapat sebuah gereja kecil. Sultan sepenuhnya sadar bahwa bila mihrab mengikuti arah kiblat, maka gereja itu harus diruntuhkan. Namun meskipun arah mihrab tidak menghadap kiblat, posisi shalat tetap mengikuti kiblat.
Toleransi, dan menghargai. Penyelesaian cerdas tanpa mengorbankan agama manapun.
Seperti Blue Mosque yang berhadapan dengan Hagia Sophia, yang muncul dalam lembaran-lembaran kisah selanjutnya. Sultan memadukan dan memuliakan pemeluk agama lain.
Ah, ada banyak pelajaran luar biasa, termasuk kesederhanaan dari istana 'terjelek' di eropa, istana Topkapi, yang merupakan wujud kesederhanaan para sultan ottoman generasi awal.
Mungkin, yang terbaik adalah, baca buku ini. perlahan-lahan, resapi.
Judul : 99 Cahaya di Langit Eropa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Penulis : Hanum Salsabila Rais, Rangga Almahendra
Kategori : Novel Islami
Tebal : 412 Halaman
Buku ini memang keren bang :D
ReplyDelete#padahal belum baca, hehe
siap-siap untuk beli..
Iya Aslan, buku ini memang keren, pake banget!
DeleteBagus review nya kak ;
ReplyDelete